Taman Sosiologi- Ketertarikan
ialah suatu rasa yang tidak butuh alasan untuk disampaikan dan juga tidak butuh
argumen untuk dibantahkan. Semua alasan menjadi sah dan benar dan semua argumen
akan dengan mudah terpatahkan, bukankah demikian? Pertanyaan menggelitik ketika
kuliah perdana di Sosiologi, “Apa
ketertarikanmu memilih Sosiologi?” haruskah kami beralasan, karena dunia
ini sudah penuh dengan alasan yang tidak berlandaskan, ataupun alasan palsu
untuk kedok pencitraan. Sudah waktunya kita bercermin, melihat kebenaran akan
alasan sebuah pilihan.
Literatur Sosiologi : Koleksi Foto Risma
Ketika
ketertarikan mengharuskan sebuah alasan, kita spontanitas mengungkapkan, inilah
kejujuran dan bukan kemunafikan.
Sosiologi bagi Novarisma Dee merupakan suatu disiplin ilmu yang berjenjang. Memilih
untuk melanjutkan jenjang pendidikan sama halnya dengan menambah ilmu dan
pengalaman. Melanjutkan jenjang pendidikan bukanlah suatu kebetulan, semua
butuh usaha dan perencanaan. Perencanaan ini mungkin menjadi pertanyaan, apakah
Jogja? ataukah sosiologi? yang mampu menarik untuk kembali, atau mungkin
keduanya? Karena pada hakekatnya, “Sosiologi
mengajarkan kehidupan dan kedamaian dan Jogja menjadi Kota menarik untuk
belajar kedamaian dan berpetualang”. Inilah sebuah alasan, yang tidak dapat
dijelaskan lagi dengan alasan.
Sedangkan
bagi Yustika Irfani, Sosiologi adalah ilmu yang dapat mengajarkan manusia untuk hidup
lebih bijaksana dan kritis. Pada hakikatnya Sosiologi adalah ilmu yang
kategoris, sebab “ Sosiologi mengkaji
fenomena yang terjadi bukan apa yang seharusnya terjadi”. Melalui Sosiologi
diasah sisi humanisme kita dalam melihat fenomena sosial di sekitar kita
sehingga kita menjadi pribadi yang lebih kritis terhadap apa yang terjadi di
masyarakat. Ilmu yang mampu menginspirasi untuk bisa lebih peka terhadap
lingkungan sosial masyarakat.
Berbeda
pandangan dengan Yuliana Gap, beginilah cerita singkat kenapa memilih Sosiologi? Awal
cerita ketika ditanya kenapa saya
memilih sosiologi, jawaban spontan keluar namun jawaban saat itu tidak
seperti apa yang saya tulis ini. Saat itu saya menjawab ketertarikan saya
karena saya sudah jatuh cinta pada
sosiologi. Sebenarnya jawaban spontan itu tidak terlalu tepat untuk menjawab
pertanyaan, karena sebenarnya
ketertarikan saya pada Sosiologi baru muncul setelah saya
menjalani perkuliahan dan saat memasuki semester ke dua di kampus FISIP Universitas Palangka Raya. Jadi, dapat saya
katakan bahwa berkuliah dan mengambil jurusan Sosiologi merupakan sebuah
rencana yang tidak matang, namun akhirnya saya merasa bahagia dan luar biasa
ketika menjalaninya. Sebuah proses hidup yang luar biasa untuk saya ketika saya
menerima kenyataan dengan kondisi dan banyak hal yang menurut saya saat itu
memaksa saya untuk kuliah di jurusan Sosiologi karena jurusan Sosiologi sendiri
merupakan pilihan ke lima dari empat pilihan jurusan utama yang saya piilih.
Namun, seiring berjalannya waktu dan dengan ruang yang selalu dinamis saya
akhirnya merasa “Sosiologi adalah
pilihan yang tepat dan saya menemukan apa yang saya butuhkan untuk menjalani
hidup”. Karena proses yang begitu berarti dalam menemukan sosiologi
dan menjalani kuliah di jurusan Sosiologi,
mungkin itu sebabnya spontanitas saya menjawab “saya memilih sosiologi karena
saya terlanjur cinta”, namun cinta saya pada sosiologi bukan cinta pada
pandangan pertama, tapi cinta itu muncul setelah mengenalnya dan untungnya saya
tidak mengenal pilihan yang salah. Sekarang melanjutkan kuliah sosiologi di UGM adalah pilihan saya
secara sadar.
Beberapa
teman mungkin ramai berargumen dan beberapa masih bingung dengan alasan sebuah
pilihan. Sosiologi adalah ilmu baru, kemunculannya pun dibilang masih muda.
Berawal dari Reformasi Gereja, Revolusi Ilmu Pengetahuan, Revolusi Perancis dan
Revolusi Industri yang menjadikan masyarakat mengalami krisis sosial dan
memunculkan sosiolog untuk memecahkan suatu anomi masyarakat. Jadi, kepekaan
sosial kita diunji untuk memecahkan problematika masyarakat. Inilah latar
belakang munculnya Sosiologi.
Jadi
tidak salah jika Sofa berargumen bahwa “Sosiologi
adalah layaknya Ilmu Dukun”, dimana kita menerka, menebak, dan membaca
tingkah laku masyarakat untuk menjadikannya sebuah diskusi pemecahan masalah.
Kepekaan sosial dan sensitifitas sosial kita diuji layaknya dukun bertindak.
Sehingga, Sosiologi menjadi ilmu yang menyenangkan, membahas topik dan masalah
terkini dengan mengkaji melalui analisis sosial, diskursus, ataupun penelitian.
Inilah ketertarikan mulai muncul, jadi tidak heran Sosiologi membuat kita mudah
beradaptasi dengan lingkungan baru, suasana baru dan teman baru. Semua hal yang
baru menjadi tantangan dan menyenangkan.
Meskipun
setiap harinya bergulat dengan literatur tebal, literatur bahasa asing, teori
klasik sampai kotemporer, jurnal, hasil research
dan literatur penunjang lainnya, literatur Sosiologi sesungguhnya adalah lingkungan
dan masyarakat. Problematika sosial, norma, tingkah laku, interaksi sosial
sampai pada hubungan antar pranata sosial selalu dikaji dan diteliti untuk
keseimbangan dan keselarasan. Logika, rasio bahkan hal yang magis pun dibahas,
untuk melahirkan penemuan dan
pemikiran-pemikiran baru pada masyarakat. Bukankah ini juga modal untuk
kehidupan, tidak akan merugi kan belajar Sosiologi.
0 komentar:
Posting Komentar