Senin, 05 Desember 2016

Kajian Sosiologi : Esensi dan Efisiensi

Posted By: Novarisma Dee - 15.49
Novarisma Dee - Zaman sudah mulai berubah, teknologi merubah masyarakat menjadi masyarakat yang konsumtif dan selaras dengan usaha untuk produktif. Kreatifitas mulai bermunculan mengimbangi kemajuan zaman. Masyarakat memiliki daya beli yang tinggi dan dari kalangan produsen pun mengimbangi dengan memunculkan beragam variasi produk, mulai dari produk seni, makanan, kreatifitas, fashion dan lain sebagainya. Setuju gak?? Saking banyaknya variasi produk, masyarakat pun ikut bingung "Mana Kebutuhan dan Mana Keinginan", dari sinilah tanpa disadari masyarakat menjadi lebih konsumtif. 

Namun kali ini kita tidak ingin membahas prilaku konsumtif, namun hasil dari prilaku konsumtif dan produktif yang dialami masyarakat. Masyarakat modern dengan gaya hidup konsumtif dan gaya hidup produktif yang tinggi melihat segala sesuatu dengan nilai, dan bukan lagi pada fungsi. Sebagai contoh :

KISAH BOS MARTABAK

Ia memiliki outlet martabak yang ramai pengunjung. Dengan aroma yang menggoda, ia mampu menarik para pelanggan untuk membeli martabaknya. Ntah para pembeli menjadikan martabak sebagai cemilan malam, atau pengganjal perut yang keroncongan atau sekedar oleh-oleh setelah menyusuri kota, bahasa anak remaja ngedate lah. Namun, berdasarkan pengalaman, makan martabak juga tetap makan nasi bukan?

Setelah ramai pelanggan, bos martabak pun melakukan inovasi, dengan menambah topping atau menambah rasa, atau dengan menambah menu, hingga berkembang dan membuka cabang. Sudah pasti ini membuat para pelanggan bingung, martabak apa yang akan dibeli. Akhirnya, pembeli membeli beberapa varian martabak. Alhamdulillah... keuntungan pun semakin bertambah.

Semakin bertambah keuntungan, para pelanggan pun tidak dipungkiri dari berbagai kalangan. Bisa jadi dari kalangan menengah ke atas pun ikut menikmati rasa martabak yang melegenda. Pemikiran pun mulai berubah, ketika berkumpul dengan kalangan menengah ke atas, dimana kalangan elite maka ia pun merubah penampilannya. Tanpa disadari apa yang ia kenakan menyesuaikan dengan siapa ia bertemu. Bukan lagi pada fungsi, namun yang dipikirkan, pantas gak bergaya seperti ini? (cerita hanya fiksi belaka)

ANALISIS 

Hal ini merupakan perkembangan masyarakat yang baik, masyarakat tetap berinovasi dan memajukan pasar nasional. Pasar seperti makanan tradisional dan makanan lokal belum banyak mendapat sentuhan dan tanggapan baik dari masyarakat sendiri. Selama ini pasar yang berkembang justru pasar dengan sentuhan modern yang mengarah pada produk luar negeri. Jadi, ikut berbangga ketika produk lokal telah mendapat sentuhan inovasi, karena selain memajukan pasar nasional juga mampu membantu ekonomi masyarakat.

Perubahan pada ekonomi dibuktikan dengan semakin meningkatnya penghasilan seseorang, dari cerita di atas diketahui bahwa bos martabak mampu mengembangkan usahanya, dan membuka cabang, hal ini dapat diartikan bahwa penghasilan bos martabak semakin meningkatnya. Dengan penghasilan yang semakin meningkat, maka kebutuhan keluarga pun dapat terpenuhi dan mampu menjadi keluarga sejahtera secara ekonomi. Dari berubahnya tingkat ekonomi seseorang, maka mampu merubah status seseorang dalam masyarakat. Bos martabak yang semula hanya berinteraksi dengan masyarakat menengah ke bawah, kini memiliki jaringan yang luas dan berinteraksi dengan berbagai kalangan masyarakat.

Hal ini mampu merubah masyarakat yang dulunya hanya memikirkan kebutuhan keluarga, sekarang bertambah dengan memikirkan kebutuhan performance ketika harus bertatap dengan kalangan menengah ke atas. Kalau berurusan dengan penampilan, banyak hal yang berubah dari fungsi ke tataran nilai atau gengsi. Masyarakat berubah gaya hidupnya maka berubah pula cara menilai suatu barang. Dulu tidak masalah dengan kaos oblong, sekarang harus berfikir keras bagaimana memantaskan diri ketika diwawancarai oleh media, berkumpul dengan pengusaha berkelas lainnya, mendapat penghargaan usaha oleh pemerintah dan lain sebagainya. Dimana kegiatan tersebut menjadikan seseorang berubah cara pandang terhadap nilai suatu barang. Dulu belanja pakaian di pasar, sekarang menjadi belanja pakaian bermerk di distro dan sebagainya.

Karena inilah realitanya, masyarakat pun menilai kepantasan dari pakaian yang dikenakan. Sehingga produk masyarakat berawal dari konstruksi masyarakat. Masyarakat yang menilai, memproduksi dan akhirnya melanggengkan. Hal ini terus diproduksi dan dipelajari oleh masyarakat, dan akhirnya membentuk masyarakat yang lebih mementingkan esensi dari pada efisiensi. Maka, hal yang perlu diantisipasi adalah memilah-milah mana yang menjadi kebutuhan dan mana yang hanya keinginan. Sehingga, esensi dan efisiensi pun tetap berdasarkan kebutuhan. Jangan pula melihat pada esensi semata, namun juga sesuai kebutuhan. Mayarakat sebagai penonton pun jangan mudah menilai hal tersebut sebagai esensi, karena kita tidak pernah tau, esensi yang juga merupakan kebutuhan kaum elite, karena hal tersebut subjektif. Menjadi konsumen yang baik dan menjadi penonton yang baik. (06/12/16).


Gambar : Ilustrasi gaya hidup konsumtif

About Novarisma Dee

Organic Theme is officially developed by Templatezy Team. We published High quality Blogger Templates with Awesome Design for blogspot lovers.The very first Blogger Templates Company where you will find Responsive Design Templates.

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright © Taman Sosiologi

Designed by